Monday, August 17, 2015

BAKAR SEMANGAT KEMERDEKAANMU DENGAN 5 FILM BERIKUT

Monday, August 17, 2015 Unknown
Aslinik! - Sudah selama ini kita bangsa Indonesia telah merasakan Kemerdekaan selama 70 tahun yang lalu dimana para Tokoh-tokoh Pahlawan telah merebut Kemrdekaannya dari para penjajah aman dulu.

Di jaman yang serba modern ini di mana akses ke berbagai hal sudah sangat mudah. Hal ini tak boleh dianggap enteng karena setelah teraihnya kemerdekaan masih ada perjalanan panjang untuk mengisinya agar Indonesia tercinta ini berkembang menjadi negara yang lebih baik setiap waktunya.

Berikut 5 Film yang akan membuat semangat di Hari Kemerdekaan ini terisi kembali.

1. Soekarno: Indonesia Merdeka (2013)
Kemerdekaan Indonesia
Cover Film Indonesia Merdeka
Film ini dimulai dengan gambaran Soekarno kecil yang dulunya bernama Kusno. Karena sakit-sakitan, Kusno  harus diganti namanya menjadi Soekarno. Pada usianya yang ke-24 dia sudah aktif di dunia politik Indonesia, menyerukan berbagai gerakan untuk menjemput kemerdekaan. 

Soekarno sempat vakun dari dunia politik karena diasingkan. Pada momen-momen ini film Soekarno: Indonesia Merdeka menceritakan kisah cinta dan konflik keluarga Soekarno setelah munculnya sosok Fatmawati.

Di masa penguasaan Jepang, Soekarno kembali lagi ke dunia politik dengan teknik pendekatan kepada Jepang yang ditentang banyak pihak. Dengan tekat bulat dan semangat kemerdekaan Soekarno mencoba mengajak pihak-pihak yang setuju dengannya, Muh. Hatta adalah salah satu yang sepaham dengan Soekarno.

Dalam film ini digambarkan karakter Soekarno sebagai seorang pemimpin yang cinta tanah air beserta penduduk bangsa Indonesia.

2. Guru Bangsa: Tjokroaminoto (2015)
Guru bangsa kemerdekaan Indonesia
Cover Film Guru Bangsa Tjokroaminoto
Film ini menggambarkan keresahan Tjokro (Reza Rahadian) yang melihat lingkungannya, di mana rakyat miskin menjadi sangat miskin, sedangkan bangsawan bisa bertambah kaya setiap waktunya.

Tjokro sendiri lahir dari keluarga bangsawan hal ini menjadi salah satu kepribadian mulia yang dimiliki Tjokro. Meskipun berasal dari keluarga bangsawan, Tjokro memilih untuk bekerja menjadi kuli di pelabuhan.

Impian Tjokro untuk menciptakan kondisi kehidupan lebih baik bagi rakyat Indonesia dia wujudkan dengan pendirian organisasi Sarekat Islam (1912) yang merupakan metamorfosis dari organisasi pedagang-pedangang Islam bernama Sarekat Dagang Islam yang didirikan oleh Haji Samanhudi pada tahun 1905.

Melalui Sarekat Islam Tjokro sebagai seorang intelektual yang paham mengenai aturan-aturan politik mulai menancapkan pengaruh politik ke dalam pemerintahan kolonialisme Belanda. 


Dalam film ini Tjokro digambarkan sebagai intelektual yang memihak kepada bangsa Indonesia, pandai bersiasat, orator ulung yang mampu mengambil hati ribuan orang. Selain itu Tjokro juga seorang jago silat, ahli mesin dan hukum, dan seorang kritikus handal yang sering menulis untuk surat kabar.

3. Soegija (2012)
uskup soegija
Cover Film Soegija
Film ini menceritakan kisah renungan Soegija (Nirwan Dewanto) selama dirinya menjadi Uskup (1940-1949). 

Soegija yang digambarkan sebagai seseorang yang menjunjung tinggi kemanusiaan sangat menentang adanya peperangan. Hal ini menjadikan Soegija aktif untuk turut berkontribusi demi berakhirnya peperangan. 

Bebekal intelektualitas yang luas Soegija menggunakan jabatan Uskupnya untuk menyelamatkan kemanusiaan, salah satu langkah konkritnya adalah saat Soegija mengirim surat ke Vatikan agar kemerdekaan Indonesia diakui.

Hal ini bertujuan agar secara politik kemerdekaan Indonesia yang sudah diumumkan menjadi lebih kuat dan bisa menuntut Belanda yang kembali melakukan Agresi untuk mundur dan mengakui kemerdekaan Indonesia.


Soegija merupakan salah satu dari sedikit individu asal Indonesia yang menggunakan intelektualitas dan posisinya untuk kepentingan bersama.

4. Sang Kiai (2013)
Cover Film Sang Kyai
Film Sang Kyai arahan sutradara Rako Prijanto ini mengisahkan kisah yang dialami tokoh Agama Islam di Indonesia sekaligus pendiri organisasi Nahdatul Ulama, KH. Hasyim Asyari. 

Sebagai seorang pemuka agama Islam dan pemimpin organisasi, KH.Hasyim Asyari mempunyai pandangan jika segala sesuatu masih bisa dikompromikan selama hal itu tidak menyingung soal aqidah Islam. 

Di masa-masa pendudukan Jepang, KH Hasyim Asyari (Ikranagara) pemimpin pondok pesantren Tebu Ireng menentang perintah Jepang mengenai rakyat Indonesia hanya boleh menyembah atau menghormat pada Matahari.

Hal ini menimbulkan gejolak di kalangan pengikut dan murid pondok pesantren. Dua gelombang pembebasan pun terbentuk, yang pertama dari sang anak KH Wahid Hasyim (Agus Kuncoro Adi) yang lebih cenderung memilih jalan diplomasi, yang kedua dari Harun (Adipati Dolken) salah satu murid pesantren yang lebih memilih jalan kekerasan. Jalan yang dipilih Harun tak berhasil hanya menimbulkan lebih banyak korban.

Film ini juga menggambarkan awal mula perang 10 November, di mana rakyat Indonesia dari berbagai kalangan turut serta dalam perang mengusir Belanda. Pasukan jihad Hizbullah bentukan Sang Kiai menjadi bukti jika kalau perang memang dibutuhkan Indonesia siap.


KH Hasyim Asyari sekali lagi menggambarkan sosok pemimpin yang visioner. Memimpin anggotanya dengan pandangan 2 hingga 3 langkah lebih depan dari yang dipikirkan anggotanya.

5. GIE (2006)
film pembakar semangat kemerdekaan
Cover Film GIE
Film ini menggambarkan perjuangan paska penjajahan yang diangkat dari buku Catatan Seorang Demonstran karya Seo Hok Gie. Film yang diberi judul Gie ini menggambarkan perlawanan seorang mahasiswa idealis untuk menghancurkan pemerintahan diktator yang dipimpin Soekarno.

Seo Hok Gie, seorang pemuda keturunan Tionghoa dikenal sebagai seroang idealis. Sikapnya ini sudah muncul semenjak dewasa, konsep-konsep idealis dari para pemikir dunia sudah dikonsumsinya sejak remaja. Hal ini menjadikan Gie sebagai seorang mahasiswa yang sangat mendambakan Indonesia yang adil dan berdasarkan kebenaran murni.


Dengan kekuatan mahasiswa yang ada di sisinya, Gie berjuang menghancurkan Soekarno, akhirnya para mahasiswa pun berhasil. Tetapi perjuangan Gie dan mahasiswa belum berakhir, runtuhnya Soekarno hanya menjadi babak baru.

Sebelumnya
« Prev Post
Selanjutnya
Next Post »

No comments:

 
Copyright © 2015 Aslinik!
Design by FBTemplates | BTT